Waduh, Lukisan Purbakala di Gua Tertua Dunia di Sulawesi Terancam Rusak
16 May 2021 |
00:00 WIB
Siklus konstan antara kondisi kering dan curah hujan monsun menyebabkan penumpukan garam di permukaan gua, yang memicu pengelupasan.
Ketika larutan menguap, kristal terbentuk, mengembang, dan berkontraksi saat lingkungan memanas dan mendingin, menyebabkan regangan berulang.
Kristalisasi garam ini, juga dikenal sebagai haloklasti, merusak permukaan batu kapur di dalam gua, sehingga menciptakan retakan pada permukaan batuan dan menyebabkan karya seni mengelupas darinya.
Wilayah di mana Sulawesi berada (wilayah monsun Australasia) adalah yang paling dinamis atmosfernya di bumi sehingga membuatnya sangat rentan terhadap perubahan iklim antropogenik dan menempatkannya pada risiko tinggi memudarnya bagian yang tak ternilai dari warisan manusia purba.
Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat pengelupasan kulit meningkat.
Komunitas lokal yang telah mengawasi situs-situs seni cadas selama beberapa generasi mengatakan kehancuran telah berkembang pesat, dengan lebih banyak kehilangan dalam beberapa dekade terakhir daripada di waktu lain.
Situs seni cadas baru ditemukan di Sulawesi setiap tahun, dan beberapa gua belum dieksplorasi.
Seperti yang dijelaskan para peneliti, krisis iklim yang terjadi sekarang mempercepat kemerosotan catatan budaya seni manusia purba yang unik dan tak tergantikan.
Editor: Purboyo
Ketika larutan menguap, kristal terbentuk, mengembang, dan berkontraksi saat lingkungan memanas dan mendingin, menyebabkan regangan berulang.
Kristalisasi garam ini, juga dikenal sebagai haloklasti, merusak permukaan batu kapur di dalam gua, sehingga menciptakan retakan pada permukaan batuan dan menyebabkan karya seni mengelupas darinya.
Wilayah di mana Sulawesi berada (wilayah monsun Australasia) adalah yang paling dinamis atmosfernya di bumi sehingga membuatnya sangat rentan terhadap perubahan iklim antropogenik dan menempatkannya pada risiko tinggi memudarnya bagian yang tak ternilai dari warisan manusia purba.
Para peneliti juga menemukan bahwa tingkat pengelupasan kulit meningkat.
Komunitas lokal yang telah mengawasi situs-situs seni cadas selama beberapa generasi mengatakan kehancuran telah berkembang pesat, dengan lebih banyak kehilangan dalam beberapa dekade terakhir daripada di waktu lain.
Situs seni cadas baru ditemukan di Sulawesi setiap tahun, dan beberapa gua belum dieksplorasi.
Seperti yang dijelaskan para peneliti, krisis iklim yang terjadi sekarang mempercepat kemerosotan catatan budaya seni manusia purba yang unik dan tak tergantikan.
Editor: Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.